Entah kata sapaan apa yang harus aku ukirkan diawal ceritaku ini.
Tapi cukup kalian tahu apa yang akan aku ulas dalam selembar kertas ini yang tidak lain dan tidak bukan adalah cerita dunia malam smada……… Mungkin kalian tidak menyadari keberadan kalian disini tapi cukup kalian istigfar aja disetiap aktivitas dalam sekolah.
K |
amis-30 September 2010… Tepat 4 bulan aku tinggal di sekertariat PMR SMADA Bone, sore itu terasa amat sunyi dan hanya kicau burung merpati alias temanku si Burmer yang memecah kesendirianku dibawah pohon beringin itu. Tak kusadari ternyata kumandang adzan magrib membuyarkan lamunanku dan seakan menghipnotis tubuhku untuk menghadap sang ilahi diatas bentangan sajadah. Pukul 19.00, karena di dalam ruangan terasa sesak daku keluar sejenak menghirup udara malam yang agak mendung. Pandanganku menyoroti setiap sudut SMADA yang gelap gulita dan hanya 3 buah lampu pijar yang menerangi bagian kecil SMADA tempatku lalu lalang keluar masuk. Hati kecilku bertanya seraya mencari temanku si Burmer tapi pencarianku terhenti setelah suara Burhan mengisyaratkan tentang kematian Burmer.. Sedih bercampur takut bukan kepalang menyaksikan kengerian ini, dan angin malam mulai membelai lembut jasad Burmer yang tanpa kepala di bawah pohon jati.
W |
aktu menunjukkan 22.00 dan cuaca tak lagi bersahabat dengan menghadirkan gerimis yang membelai seluruh pojok SMADA. Katub mata mulai terasa berat mengajak kaki melangkah ke tempat pembaringan.. Dengan tubuh kelelahan, Astagfirullah…………………………………….jantungku hampir copot setelah dikagetkan oleh sesosok tinggi di dekat sebuah tiang penyangga dengan samar menampakkan wujudnya yang amat sangat mengerikan membuat mataku terbuka lebar tak berkedip sedikitpun sampai sosok itu menghilang seketika. Langkah yang tak beraturan menuntunku ketempat pembaringan di sekertariat PMR.
Aku baru sadar kalau malam ini adalah malam…… Dan aku terlalu larut dalam kesendirian sehingga lupa beristigfar.
S |

K |
ejadian itu bukan hanya sekali terjadi melainkan udah yang kesekian kalinya selama aku tinggal disini dan menjadi bagian dari mereka… Dan pada suatu malam tepatnya pertengahan bulan oktober, suara yang hampir setiap malam terdengar oleh telinga kecilku mulai agak menggangu dan mengusik aktivitas belajarku malam itu. Suara keramaian dalam kelas seperti halnya pengadaan rapat tertutup terdengar jelas olehku malam itu. Daku memberanikan diri mendekati sumber suara itu ke salah satu kelas IPS yang berada tak jauh dari tempatku beranjak. Hanyalah cahaya HP ComuniceterQ yang menemani langkahku yang bagaikan singa mengintai mangsa.. Sungguh sial tak sampai 3menit aku mengintai, HPq udah mulai berbunyi menandakan akan lowbatt. Tapi, karena terlanjur udah jauh aku lanjutin aja meski cahaya ditanganku mulai redup. “Assalamualaikum..” kataku pelan sambil membuka pintu kelas. Anehnya semua yang ada di dalam ruangan masih tersusun rapi tak bergeser sedikitpun dari kelurusannya.
Aneh tapi nyata. Yang kurasakan mungkin itu hanya sebuah halusinasi belaka. Namun, tiba-tiba semuanya menjadi gelap-gulita karena HPq telah lowbatt. Karena takut, kucoba keluar kelas dan berlari sekencang aku bisa. Dan aku terjatuh karena kakiku tersandung sesuatu yang amat besar mengarah kepadaku dan mulai menghampiriku.
Oh my god, matilah aku. “TIDAAAAaaaaa......kkkkkkkkkk....!!!!!!!!



sosok itu….
bayangan itu….
sangat melemahkanku dalam ketakutan yang mendalam membuatku sepintas berpikir inikah akhir hidupku yang disebabkan karena kecerobohanku sendiri. Betapa tidak sosok itu kini tengah berada tepat dihadapanku yang setengah duduk setengah baring. Wajahnya yang terlihat samar-samar dan hanya diterangi cahaya rembulan malam itu sekilas mengingatkanku sosok malaikat pencabut nyawa. Dan kupejamkan mataku seraya pasrah dan berdoa kepada tuhan.
Sudah terlalu lama rasanya aku telah memejamkan mata dan tiba-tiba aku teringat dengan postur tubuh itu. Ya… aku ingat, dia itu si bujang sekolah yang memang bertugas dalam sekolah ini. Tapi tidak mungkin, karena aku sudah kenal dekat dengannya. Kenapa juga dia tidak menyapa atau membantuku berdiri. Dengan keberanian yang masih tersisa kucoba membuka mataku. Ternyata sosok itu sudah tidak ada, kucoba tuk berdiri kembali dan memperhatikan sekitarku yang masih tampak gelap gulita. Pikirku udah di alam kubur tapi Alhamdulillah aku masih hidup. Dengan penuh penasaran aku kembali ke sekretariat PMR dan tampak jam didinding menunjukkan 00.30. Aku sangat penasaran terhadap sosok itu tapi kantukku mengalahkan rasa penasaran itu dan mengantarku ke tempat pembaringan.
Keesokan harinya, seperti biasanya sepulang sekolah aku bertemu dengan si bujang sekolah dan menanyakan kejadian yang kualami semalam. Wajahnya tertegun dan penuh keheranan menatapku mendalam tanpa sepatah kata pun. Akupun terdiam.
“Tidak usah takut karena semalam itu memang saya.” Ucapnya dengan menawarkan senyuman kepadaku.

Semenjak peristiwa saat itu, aku mulai tahu bahwa aku sedang berada dalam lingkup kehidupan yang tak ingin diketahui oleh orang banyak. Pada siang hari mereka memberikan waktu bagi kehidupan manusia melantangkan suaranya kemana-mana meskipun sedikit terganggu tapi mereka mengerti karena tempat ini bukan hanya milik mereka. Pada malam hari barulah mereka mulai beraktivitas. Tak jarang aku mendapatkan teguran dari mereka jikalau ada beberapa teman yang berkunjung dimalam hari dan melantangkan suaranya kemana-mana layaknya siang hari. Teguran itu terkadang dalam bentuk penampakan ataupun hanya sekedar suara.
* * * * * * * * *
Kamis, 4 november 2010……
Saat dimana aku mulai jenuh dengan kehidupanku disini yang tak jelas. Betapa tidak, siang hari harus kerjain banyak tugas-tugas dan malamnya nggak bisa belajar karena kebisingan yang terdengar dari penjuru smada yang tak tentu tiap malamnya.
Pukul 19.00…. Kejenuhanku membawaku dalam perenungan yang tak berujung sampai seorang teman dari STM datang mengagetkanku.
“ Hayooo, mikirin siapa nih. Kok pandangannya kosong gitu entar kesambet loh.” Katanya dengan nada menakutkan.
Aku hanya terdiam dengan berpura-pura tetap memandang dengan penuh kekosongan. Tanpa sepatah katapun aku langsung menatapnya layaknya sedang kerasukan. Dengan wajah ketakukan dia langsung memukulku seraya menyadarkan tapi aku isengin aja terus. Tak sampai 3 menit aku bersamanya, lampu pun padam dan sekejap hidup kembali.
Aku kembali dikagetkan karena dia pingsan tak sadarkan diri di ruang PMR. Astaga, apa yang telah kulakukan. Ada apa lagi sih nih. Ya ALLAH lindungilah dia dan maafkanlah atas kelakuanku. Dan seketika matanya membelalak. Kucoba meminta pertolongan tapi kepada siapa. Pulsa habis, dan aku tak mau meninggalkan dia sendiri dalam keadaan seperti ini…..
ini, yg posting samad toh???
BalasHapus